Senin, 10 Mei 2010

Si Kota Pendidikan, Si Kota Budaya Jawa

Malam merangkak larut.........
kedua mata tak ingin terpejam bukan karena tak mau memejam
sengaja menunggu detik dini hari yg semakin kelam
untuk melancongkan diri ke kota Gudeg, si kota pendidikan
ah, bukan. menemani sang teman yang hendak test beasiswa 


berdua ku mulai melangkahkan kaki menuju terminal bis
bau basah pepohonan dan jalanan bekas turun hujan masih menyengat hidung
membuat semakin pusing di sela-sela kantuk yang menggantung di pelupuk
berharap esok hari dapat membuka mata menyaksikan kesegaran sang kota pendidikan
hingga akhirnya si "MIRA", bis ber-AC membawa kedua tubuh yang mulai kelimpungan
harapan untuk isitirahat sejenak dengan sandaran yang nyaman pun belum terpenuhi
"Week end" benar-benar membuat penumpang tidak menyisakan tempat duduk
harus "rela" duduk di atas mesin yang mulai membuat gerah sang pantat
berkali-kali tubuh bergeliat menahan panas
miring kiri, miring kanan, atur posisi lagi
terkantuk lagi di secuil tempat duduk yang masih harus berbagi

akhirnya........
impian menempatkan si tubuh lelah ini terkabulkan
tidur mengembang seketika karena tak dapat menahan kantuk yang terakumulasi
meluncurlah sang MIRA dalam kegelapan malam dini hari......

Subuh menyapa dari lirih suara Adzan yang entah dari mana datangnya....
sayup....sayup....hingga kemudian hilang sama sekali
sun rise yang menyemburat sempat terintip oleh kedua mata yang masih terantuk-antuk
uuuuh, rasa pegal punggung tak terelakkan menyerang saat langkah kaki mulai menuruni tangga bis

Haaaaah!!!! kedua kalinya kaki ini menginjakkan di kota yang terkenal "Borobudur"nya
hmmmm.......masih meluncur bersama taksi......
mata pun asyik menyapu jalanan kota Jogjakarta seraya bersenandung....
mencuri sedikit lirik lagu "Kla Project" yang asal comot seenaknya......
tanpa takut dikomplain sang empunya lagu....

"masih seperti dulu....tiap sudut menyapaku.......
penuh selaksana makna..
musisi jalanan mulai beraksi...
seiring laraku......."


hm...sang fotografer amatiran mulai terjangkiti penyakitnya kembali...
kamera digital tak mau terlepas di genggaman, menangkap beberapa gambar......
bukan sembarang gambar.....meski mungkin gambar sembarangan yang terabaikan.....
karena bukan gambar elok pandang layaknya lukisan.....
jika sepuluh tahun lalu itu tak pernah tertangkap benakku
kini, terasadar dalam kekaguman sebuah kota......sarat budaya
ya.... Budaya Jawa......kental merekat erat di kota yang sempat jadi ibu kota Negara pada tempoe doeloe.......
Kota yang konsisten memelihara nilai-nilai budaya
di tengah-tengah krisisnya "moral" dan "nilai" bagi manusia Indonesia....
budaya "tepo seliro" yang seolah mengakar di hati penduduknya......
konsistensi itu masih tergambar pada setiap akasara jawa
yang senantiasa mengiringi nama jalan dan nama pasar atau slogan yang terpampang
dan tertangkap oleh kamera karena keisengan sang fotografer amatiran




Budaya Jawa......riwayatmu dulu hingga kini......
hmmmm...masih melekat di Jogjakarta yang tak pernah bosan kukunjungi
kelak, mungkin hati ini ingin bersua kembali


baca juga di sini

Tidak ada komentar: