Senin, 30 Maret 2009

"Dek, nitip surat ijin sakit ya......!?"

Panas sekali udara siang ini. Menunggu, adalah pekerjaan yang paling menyebalkan menurut kebanyakan orang. Tapi, begitulah yang aku lakukan setiap hari sepulang sekolah. Menunggu angkot yang akan menjemputku pulang ke rumah.

Di tengah asyik berdiri sendirian di depan pintu gerbang sekolah, tiba-tiba sebuah sepeda motor kinclong bermerk SUPRA berhenti tepat di hadapanku. Seorang cewek ABG berseragam abu-abu putih, berambut lurus dan berparas manis duduk dengan angkuhnya di atas kendaraan beroda dua itu. Merasa tidak mengenal gadis itu, aku acuh tak acuh tidak memperhatikan sikapnya yang ternyata ingin nyamperin diriku.
Beberapa saat kulihat dia sibuk mencari sesuatu dari dalam tas punggungnya. Sebuah amplop putih berukuran sedang yang mungkin berisi sepucuk surat dikeluarkannya di dalam tas berwarna hitam itu. Sebuah surat yang kemungkinan besar tentu bukan surat cinta, karena melihat dari kertas amplopnya yang terkesan agak formal. Pastilah surat ijin, pikirku.
Belum lama aku menebak surat itu, tiba-tiba dia memanggilku.
"Mmmmmm, eh dek......... nitip surat ijin dong!"
Ha?!!!!!! Gak salah dengar nih? Seruku keheranan, nyaris tanpa suara yang terdengar sedikitpun olehnya. Aku hanya terdiam memperhatikan tingkahnya. Mulai dari berbicara di atas sepeda motor dengan angkuhnya, seperti tidak menghargai dan menghormati orang lain sama sekali. Sampai.......tiba-tiba mendengar panggilannya terhadapku dengan panggilan "DEK" yang berarti kelasku berada satu tingkat di bawahnya.
Aku tidak menjawab apapun. Kuperhatikan dia yang masih duduk di atas sepeda motornya, dari ujung kepala hingga ujung kaki dengan tanpa ekspresi sama sekali. Pakaian seragam yang dipakainya masih terlihat bagus dan bisa dibilang baru. Masa itu adalah masa tahun ajaran baru, yang menandakan banyak siswa kelas satu yang memulai masuk sekolah SMA yang baru saja diterima menjadi murid. Kulirik di sekililingku untuk meyakinkan diri bahwa dia memang berbicara denganku. Tapi, apakah tidak salah? Apakah dia tidak melihat seragamku yang sudah terlihat usang warnanya karena sudah kupakai bertahun-tahun? Atau......dia berpura-pura bego, atau kenapa? Ah, masa bodoh. Aku tidak ingin memperdulikan dia.
Sekali lagi aku mengalihkan pandanganku ke arah jalan raya kalau-kalau ada angkutan jurusan kampungku lewat. Hari semakin panas saja. Angkutan belum juga lewat. Sementara gadis ABG menyebalkan ini belum juga meninggalkan tempat. Aku mulai kegerahan melihatnya tingkah lakunya yang sok. Dia sendiri juga mulai terlihat sebel dengan tingkahku yang tidak menghiraukannya. Dengan nada agak tinggi, dia perhatikan diriku dan bertanya padaku.
"Sampean kelas satu apa sih?......" Tanyanya menyelidik.
"Kelas TIGA".
Jawabku singkat tanpa basa-basi apapun yang sempat membuat mulutnya menganga sebentar karena terkaget-kaget sambil menutup dengan telapak tangannya. Sekonyong-konyong dia langsung menstater sepeda motornya tanpa permisi dan buru-buru ngacir meninggalkan tempat dengan membawa sejuta wajah malu dari hadapanku.
"hi hi hi......", aku tertawa cekikikan melihat ulahnya yang seperti kerbau dungu.
Pfffff! Kuhirup udara lega karena terbebas dari ulah adik kelas yang sok tahu terhadap kakak kelasnya.

Tidak ada komentar: